BINTEK KURIKULUM DEVERENSIASI CIBI
(Tarakan - kalimantan Timur)
Pemaparan Kurikulum Aksel-CIBI SD Bina Insani
Kurikulum diverensiasi siswa CIBI dengan meningkatan KD 3 level diatas KD siswa reguler berdasarkan taksonomi Bloom
Rabu, 04 Agustus 2010
Seminar Manajemen CIBI - Hotel Borobudur
Populasi anak Cerdas Istimewa dengan IQ > 130 hanya 2%
+- 2 juta anak Cerdas Istimewa
KUNJUNGAN KE TAMAN GEMATI - G. SALAK
Kunjungan wisata ilmiah ke Taman-Kebun Gemati Cidahu Sukabumi lembah Gn. salak Alm. Bp. Brigjen Graito Yudho Husodo bersama Direksi ( P. Sudirman, P. Muhidayat) serta guru-guru mata pelajaran Sains SD - SMA
Sangat menarik, inspiratif, menantang dan penasaran.
Selasa, 03 Agustus 2010
http://nadhirin.blogspot.com/2009/03/manajemen-perserta-didik-dalam.html
Manajemen Pendidikan Dalam Menghadapi Kreativitas Anak
Banyak kalangan yang belum puas dengan kualitas pendidikan di negara kita. Tentunya kita tidak jarang mendengarkan ungkapan-ungkapan seperti: “pendidikan negara kita belum berkualitas”, “pendidikan di Indonesia telah tertinggal jauh dari negara-negara lain”, “kapan kita akan maju kalau pendidikan kita berjalan di tempat”, dan lain sebagainya.
Para ahli pendidikan telah sepakat bahwa suatu sistem pendidikan dapat dikatakan berkualitas, apabila proses kegiatan belajar-mengajar berjalan secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak dan sebaik mungkin melalu proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan menghasilkan hasli yang bermutu serta relevan dengan perkembangan zaman. Agar terwujud sebuah pendidikan yang bermutu dan efisien, maka perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidiakn yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan mutu pedidikan yang optimal, diharapkan akan menghasilkan keungugulan smber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang secara pesat.
Untuk dapat mencapai sebuah pendidikan yang berkualitas diperlukan manajemen pedidikan yang mampu memobilisasi segala sumber daya pendidikan. Di antaranya adalah manajemen peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya. Masih banyak kita temukan fakta-fakta di lapangan sistem pengelolaan anak didik yang masih mengunakan cara-cara konvensional dan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan tentunya kurang mmberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Padahal Kreativitas disamping bermanfaat untuk pengembangan diri anak didik juga merupakan kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan, menilai dan meguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubahnya dan mengujinya lagi sampai pada akhirnya menyampaikan hasilnya. Dengan adanya kreativitas yang diimplementasiakan dalam sistem pembelajaran, peserta didik nantinya diharapkan dapat menemukan ide-ide yang berbeda dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga ide-ide kaya yang progresif dan divergen pada nantinya dapat bersaing dalam kompetisi global yang selalu berubah.
Perubahan kualitas yang seimbang baik fisik maupun mental merupakan idikasi dari perkambangan anak didik yang baik. Tidak ada satu aspek perkambangan dalam diri anak didik yang dinilai lebih penting dari yang lainnya. Oleh itu tidaklah salah bila teori kecerdasan majmuk yang diutarakan oleh Gardner dinilai dapat memenuhi kecenderungan perkambangan anak didik yang bervariasi.
Maka penyelenggaraan pendidikan saat ini harus diupayakan untuk memberikan pelayanan khusus kepada peserta didik yang mempunyai kreativitas dan juga keberbakatan yang berbeda agar tujuan pendidikan dapat diarahkan menjadi lebih baik.
Muhibbin Syah menjelaskan bahwa akar kata dari pendidikan adalah "didik" atau "mendidik" yang secara harfiah diartikan memelihara dan memberi latihan. Sedangkan "pendidikan", merupakan tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pelatihan dan pengajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan tidak dapat lepas dari pengajaran. Kegiatan dari pengajaran ini melibatkan peserta didik sebagai penerima bahan ajar dengan maksud akhir dari semua hal ini sesuai yang diamanatkan dalam undang-undang no. 20 tentang sisdiknas tahun 2003; agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pdidikan, peserta didik merupakan titik fokus yang strategis karena kepadanyalah bahan ajar melalu sebuah proses pengajaran diberikan. Dan sudah mafhum bahwa peserta didik memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, mereka unik dengan seluruh potensi dan kapasitas yang ada pada diri mereka dan keunikan ini tidak dapat diseragamkan dengan satu aturan yang sama antara pesrta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Para pendidik dan lembaga pendidikan harus menghargai perbedaan yang ada pada mereka. Keunikan yang terjadi pada peserta didik memang menimbulkan satu permasalahan tersendiri yang harus diketahui dan dipecahkan sehingga pengelolaan murid (peserta didik) dalam satu kerangka kerja yang terpadu mutlak diperhatikan, terutama pertimbangan pada pengembangan kreativitas, hal ini harus menjadi titik perhatian karena sistem pendidikan memang masih diakui lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberikan perhatian kepada pengembangan kreatif peserta didik. Hal ini terjadi dari konsep kreativitas yang masih kurang dipahami secara holistic, juga filsafat pendidikan yang sejak zaman penjajahan bermazhabkan azas tunggal seragam dan berorientasi pada kepentingan-kepentingan, sehingga pada akhirnya berdampak pada cara mengasuh, mendidik dan mengelola pembelajaran peserta didik.
Kebutuhan akan kreativitas tampak dan dirasakan pada semua kegiatan manusia. Perkembangan akhir dari kreativitas akan terkait dengan empat aspek, yaitu: aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Kreativitas akan muncul dari interaksi yang unik dengan lingkungannya.Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan mengujinya. Proses kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan (motivasi intristik) maupun dorongan eksternal. Motivasi intrinstik ini adalah intelegensi, memang secara historis kretivitas dan keberbakatan diartikan sebagai mempunyai intelegensi yang tinggi, dan tes intellejensi tradisional merupakan ciri utama untuk mengidentifikasikan anak berbakat intelektual tetapi pada akhirnya hal inipun menjadi masalah karena apabila kreativitas dan keberbakatan dilihat dari perspektif intelejensi berbagai talenta khusus yang ada pada peserta didik kurang diperhatikan yang akhirnya melestarikan dan mengembang biakkan Pendidikan Tradisional Konvensional yang berorientasi dan sangat menghargai kecerdasan linguistik dan logika matematik. Padahal, Teori psikologi pendidikan terbaru yang menghasilkan revolusi paradigma pemikiran tentang konsep kecerdasan diajukan oleh Prof. Gardner yang mengidentifikasikan bahwa dalam diri setiap anak apabila dirinya terlahir dengan otak yang normal dalam arti tidak ada kerusakan pada susunan syarafnya, maka setidaknya terdapat delapan macam kecerdasan yang dimiliki oleh mereka.
Undang-undang No.20 tentang sistem pendidikan nasional 2003, perundangan itu berbunyi " warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus". Baik secara tersurat ataupun tersirat UU No.20 tersebut telah mengamanatkan untuk adanya pengelolaan pelayanan khusu bagi anak-anak yang memiliki bakat dan kreativitas yang tinggi.
Pengertian dari pendidikan khusus disini merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan-pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pada akhirnya memang diperlukan adanya suatu usaha rasional dalam mengatur persoalan-persoalan yang timbul dari peserta didik karena itu adanya suatu manajemen peserta didik merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Siswa berbakat di dalam kelas mungkin sudah menguasai materi pokok bahasan sebelum diberikan. Mereka memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan dan konsep pembelajaran yang lebih maju. Untuk menunjang kemajuan peserta didik diperlukan modifikasi kurikulum. Kurikulum secara umum mencakup semua pengalaman yang diperoleh peserta didik di sekolah, di rumah, dan di dalam masyarakat dan yang membantunya mewujudkan potensi-potensi dirinya. Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan pada umumnya, maka saat ini haruslah diupayakan penyelenggaraan kurikulum yang berdiferensi untuk memberikan pelayanan terhadap perbedaan dalam minat dan kemampuan peserta didik. Dalam melakukan kurikulum yang berbeda terhadap peserta didik yang mempunyai potensi keberbakatan yang tinggi, guru dapat merencanakan dan menyiapkan materi yang lebih kompleks, menyiapkan bahan ajar yang berbeda, atau mencari penempatan alternatif bagi siswa. Sehingga setiap peserta didik dapat belajar menurut kecepatannya sendiri.
Dalam paradigma berpikir masyarakat Indonesia tentang kreativitas, cukup banyak orangtua dan guru yang mempunyai pandangan bahwa kreativitas itu memerlukan iklim keterbukaan dan kebebasan, sehingga menimbulkan konflik dalam pembelajaran atau pengelolaan pendidikan, karena bertentangan dengan disiplin. Cara pandang ini sangatlah tidak tepat. Kreativitas justru menuntut disiplin agar dapat diwujudkan menjadi produk yang nyata dan bermakna. Displin disini terdiri dari disiplin dalam suatu bidang ilmu tertentu karena bagaimanapun kreativitas seseorang selalu terkait dengan bidang atau domain tertentu, dan kreativitas juga menuntut sikap disiplin internal untuk tidak hanya mempunyai gagasan tetapi juga dapat sampai pada tahap mengembangkan dan memperinci suatu gagasan atau tanggungjawab sampai tuntas.
Suatu yang tidak terbantahkan jika masa depan membutuhkan generasi yang memiliki kemampuan menghadapi tantangan dan perubahan yang terjadi dalam era yang semakin mengglobal. Tetapi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia saat ini belum mempersiapkan para peserta didik dengan kemampuan berpikir dan sikap kreatif yang sangat menentukan keberhasilan mereka dalam memecahkan masalah.
Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini dirasakan merupakan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam masa pembangunan dan era yang semakin mengglobal dan penuh persaingan ini setiap individu dituntut untuk mempersiapkan mentalnya agar mampu menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Oleh karena itu, pengembangan potensi kreatif yang pada dasarnya ada pada setiap manusia terlebih pada mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa perlu dimulai sejak usia dini, Baik itu untuk perwujudan diri secara pribadi maupun untuk kelangsungan kemajuan bangsa.
Dalam pengembangan bakat dan kreativitas haruslah bertolak dari karakteristik keberbakatan dan juga kreativitas yang perlu dioptimalkan pada peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Motivasi internal ditumbuhkan dengan memperhatikan bakat dan kreativitas individu serta menciptakan iklim yang menjamin kebebasan psikologis untuk ungkapan kreatif peserta didik di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
Merupakan suatu tantangan bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia untuk dapat membina serta mengembangkan secara optimal bakat, minat, dan kemampuan setiap peserta didik sehingga dapat mewujudkan potensi diri sepenuhnya agar nantinya dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi pembangunan masyarakat dan negara. Teknik kreatif ataupun taksonomi belajar pada saat ini haruslah berfokus pada pengembangan bakat dan kreativitas yang diterapkan secara terpadu dan berkesinambungan pada semua mata pelajaran sesuai dengan konsep kurikulum berdiferensi untuk siswa berbakat. Dengan demikian diharapkan nantinya akan dihasilkan produk-produk dari kreativitas itu sendiri dalam bidang sains, teknologi, olahraga, seni dan budaya. Amin
Daftar Pustaka
_________ Depdikanas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas, 2003.
Tilaar, Manajemen Pendidikan nasional ; Kajian Pendidikan Masa Depan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992.
Munandar, Utami, Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta : PT. Gramedia Pusataka Utama, 1999.
Husen dan Torsten, The Learning Society : Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 1995.
Syah,Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Terbaru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1999.
Gordon Dryden dan Jeannette Voss, Revolusi Cara Belajar bag.1, Bandung : Kaifa 2000
PROBLEM BASED LEARNING untuk GIFTED CHILD?
Minggu-minggu ini kami sibuk hunting sekolah lanjutan untuk Entong anakku semata wayang.
Sebelum kuceritakan lebih lanjut model sekolah gifted untuk sekolah lanjutan di Belanda ini, kuceritakan dahulu model pendekatan pendidikan anak-anak gifted SD.
Pendidikan sekolah dasar di Belanda menganut dua system, yaitu sekolah regular – dan sekolah khusus (SLB). Sekolah reguler Belanda menganut sistem pendidikan dengan pendekatan adaptif, yaitu memberikan perhatian pada keunikan setiap anak dan tawaran pendidikan harus sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan demkikian ia melayani pendidikan inklusi, yaitu menerima anak-anak special needs belajar bersama dengan anak-anak “nonmal” lainnya. Special needs yang diterima si SD reguler ini adalah: ADHD, Austime spectrum disorder, Gifted, dan Disleksia. Sekalipun ke empat bentuk special needs itu sudah ada UU nya bahwa ia boleh masuk dalam sekolah reguler, pihak sekolah juga masih menerima anak-anak Down Syndrom, cacat primer seperti tuli ( yang sudah terlatih dengan hearing aids) dan gangguan penglihatan. Juga anak-anak dengan inteligensia borderline.
Mereka yang special needs akan mendapatkan metoda pendidikan khusus dan layanan kebutuhan pembelajaran khusus. Misalnya yang disleksia akan mendapatkan remedial teaching, kompensasi waktu (lebih lama) dan fasilitas lain seperti pita rekaman saat harus membaca, reading pen, dan komputer. Bagi yang mengalami gangguan motorik halus tidak bisa menulis dengan baik, maka ia boleh menggunakan komputer. Bagi anak yang mengalami gangguan cacat primer seperti gangguan pendengaran dan penglihatan, juga diberi kemudahan fasilitas. Untuk anak-anak gifted juga dilayani giftednessnya dengan memberikan pengkayaan, percepatan, dan pendalaman.
Semua anak dalam sekolah reguler ini haruslah mempunyai inteligensia normal ke atas. Pendekatan pendidikan yang diutamakan adalah pendekatan keharmonisan tumbuh kembang. Karena itu untuk anak-anak gifted lebih diutamakan masuk ke sekolah reguler bukan sekolah khusus anak gifted. Kelak saat di sekolah lanjutan anak-anak ini akan masuk ke dalam sekolah khusus. Walaupun begitu ada tiga bentuk sekolah untuk anak-anak gifted ini di tingkatan sekolah lanjutan.
1) Model sekolah yang menempatkan anak-anak gifted bersama anak-anak lain hingga dua tahun lamanya (dg pendekatan inklusi), baru di tahun ke tiga ia dipisahkan masuk sekolah khusus (gymansium & athenium). Bentuk sekolah bersama-sama sampai dua tahun disebut brugklas (kelas jembatan).
2) Model sekolah yang langsung dari sekolah dasar masuk ke sekolah khusus gifted, disebut gymnasium dan athenium. (Gymnasium menekankan pada bahasa dan ilmu2 sosial, athenium menekankan pada sains dan matematika). Atau kombinasi keduanya.
3) Model sekolah khusus gifted Xtra. Bentuk ini adalah model baru yang tengah dikembangkan oleh pemerintah Belanda, dengan pendekatan teori multifactor dari Kurt Heller (lihat: TEORI GIFTEDNESS ) .
Artinya ada delapan bidang ketrampilan yang perlu pengolahan. Mana yang terkuat dikembangkan, mana yang lemah dibantu agar bisa juga berkembang. Karena setiap anak dianggap mempunyai keunikan individu, maka dalam satu kelas dibuka system pendidikan yang sangat berdiferensiasi dalam materi. Untuk masuk kesini ditutut anak-anak dengan kecepatan pikir, kreativitas dan ketahanan yang tinggi.
Pelajaran diberikan secara mandiri, individual, dan menggunakan pendekatan problem based learning.
Problem based learning di Belanda dikenal sebagai pendidikan dengan pendekatan projek (project onderwijs). Kepada anak-anak ini diberi tugas yang harus dipecahkan melalui riset, kepustakaan, dan melaporkannya dalam bentuk makalah. Pokok bahasan, mereka boleh memilih sendiri mana yang menjadi minatannya. Jadi disini juga ditekankan pada konsep kebebasan, kemandirian, tetapi harus bertanggung jawab akan keberhasilan tugas. Dengan begitu dituntut ketahanan kerja yang tinggi.
Secara teoritis pendekatan model seperti ini (no 3) adalah pendekatan yang paling ideal untuk seorang anak gifted yang memang selalu mendahulukan berpikir secara konsep. Ia bisa langsung menyalurkan pemikiran-pemikirannya.
Melihat kenyataan no 3, sebagai orang tua anak-anak gifted, pada awalnya banyak yang tertarik pada pendekatan seperti ini. Ideal.
Namun melihat kenyataan lagi, bahwa anak-anak gifted adalah populasi yang beragam. Keragaman bisa terjadi sebagai akibat dari banyak hal. Bisa dilihat lagi Konsep giftedness Kurt Heller.
Semakin tinggi inteligensia si anak, akan juga terjadi ketidak sinkronan perkembangan. Ada yang perfeksionisme luar biasa akibatnya menekan potensi kreativitasnya. Ada yang sangat kreatif tetapi kurang presisi karena perfeksionismenya dihantam oleh kreativitasnya. Ada yang kadang perfek kadang kreatif sehingga susah ditebak…
Ada yang terfokus pada satu masalah, masalah lain tidak digubris.
Berbagai masalah disinkronitas ini akan mewarnai bagaimana ia dapat bekerja dalam sebuah proyek problem based learning, bagaimana reaksi anak-anak ini dalam bekerja? Bisa diperkirakan. Bagaimanapun ia seorang anak gifted tetap membutuhkan bimbingan terstruktur dan kombinasi kekebasan. Menurutku kebebasan dengan menekankan pada tanggung jawab, tetapi tanpa struktur sama sekali ... ah... saya masih tidak tega. Bagaimana dengan masalah adiministrasinya? Sekalipun ada portfolio pasti repot banget...Karena setiap anak mempunyai pekerjaan yang berbeda...
Rabu, 28 Juli 2010
PROGRAM AKSELERASI
Beberapa sekolah menginformasikan tentang adanya upaya untuk menutup program aksel di tempat mereka. Ada yang mengajukan alasan penerapan SKS sehingga otomatis yang pintar bisa cepat selesai. ada pula yang mengajukan alasan sekolahnya udah SBI/RSBI yang pembelajaran MIPA juga menggunakan bahasa inggris dan berbasis IT seperti ketentuan di aksel..
Lalu bagaimana aksel ke depan. Kalau kita lihat UU no. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional jelas-jelas menyatakan bahwa anak cerdas/berbakat istimewa berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Sampai ini belum ada rumusan yang jelas…seperti apa yang dimaksud dengan pendidikan khusus itu. Dari sisi ini sebenarnya program aksel yang sekarang berjalan dapat dianggap memiliki kekhususan, yaitu dikelompokkan berdasarkan tingkat IQ serta menyelesaikan pendidikan lebih cepat daripada reguler.
Tapi…yang berjalan sekarang pun, terus diobok-obok dengan alasan inklusivitas dan ketidakseimbangan pengembangan diri karena terlalu fokus pada kemampuan akademik. belum lagi ada tulisan di sebuah blog yang menyatakan….”tutup akselerasi..masukan ke program inklusi.
Padahal kalau dilihat di lapangan, lebih banyak anak-anak aksel yang bisa bersosialisasi dengan teman-teman lainnya secara baik. Jadi kenapa mereka harus dianggap tidak baik. kalaupun memang ada yang kurang baik, mari kita sama-sama benahi.
Bukan mau anak-anak ini menjadi anak CI+BI, tetapi karena anugerah Allah SWT, mereka memiliki kemampuan itu. tapi dengan perkembangan yang terjadi belakangan ini, mereka seperti makhluk yang tidak boleh hidup tenang di bumi Indonesia. padahal mereka sudah banyak menyumbang bagi kehormatan negeri ini melalui ajang-ajang olimpiade dan sebagainya.
Mari selamatkan mereka…agar sumber daya terbaik bangsa ini tak jadi merana atau pergi yang kadang tak mau kembali.
SELAMATKAN ANAK CI-BI INDONESIA.
Salam.
Amril Muhammad
Jumat, 21 Mei 2010
Tips CI+BI
Merangsang Kecerdasan Anak
Orang tua mana yang tidak ingin anaknya cerdas. Namun, yang masih menjadi pertanyaan, apa saja yang dibutuhkan si kecil agar pertumbuhan otaknya menjadi optimal ?
Otak merupakan benda yang paling vital dalam tubuh. Organ ini mengatur seluruh bagian dalam tubuh diantaranya gerakan motorik, pengaturan suhu tubuh, pengaturan tekanan darah, sekresi hormon,pernapasan, emosi dan berbagai macam kegiatan manusia.
Berbagai proses dalam otak itu yakni peenambahan sel (poliferasi), perpindahan sel (migrasi), perubahan sel (differensiasi), pembentukan system jalinan saraf antara satu dengan lainnya (sinaptogenesis) dan pembentukan selubung saraf (mielinisasi).
Yang penting dicatat, organ ini tumbuh secara luar biasa pada masa anak-anak. Sampai pada usia 2 tahun berat otak akan mencapai 75% otak dewasa. Menurut dr. Hartono Gunadi, Sp.A, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, sampai dengan bayi berusia 2 tahun, pertumbuhan dan perkembangan otak anak telah mencapai 90%.
Factor yang paling penting untuk pembentukan otak adalah factor nutrisi untuk mendukung pembentukan sel-sel otak. Sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap kehidupan annak, Anda perlu tahu nutrisi seperti apa yang berperan dalam pembentukan otak sang buah hati, mulai dari dalam kandungan hingga remaja.
Masih ada lagi hal yang penting pada proses pertumbuhan seorang anak, yakni proses tumbuh kembang. Makna pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi dalam tingkat sel, organ atau individu.
Sedangkan perkembangan lebih menitikberatkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.
Yang jelas, untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, Anda harus mengetahui factor dan aspek apa saja yang mempengaruhinya.
PERANAN NUTRISI
Cikal bakal otak mulai terbentuk pada minggu ketiga kehamilan berupa lempeng saraf, berubah menjadi tabung saraf pada minggu keempat dan mulai terbentuk otak besar, batang otak, otak kecil dan medulla spinalis pada minggu kelima kehamilan.
Setelah bayi lahir, maka usia yang paling penting dalam pertumbuhan otak adalah 0-2 tahun. Periode tersebut penting karena masa ini adalah periode emas. Dalam periode inilah terjadi perkembangan saraf otak yang tercepat, khususnya mielinisasi. Selanjutnya memang terus terjadi perkembangan hingga usia 5 tahun, namun tidak secepat pada usia sebelumnya. Dalam masa ini maka yang terjadi adalah pengorganisasian perkembangan dan hubungan antar jaringan (impuls) otak.
Factor nutrisi berperan mulai dari kandungan, jadi seorang ibu yang hamil harus memperhatikan asupan gizi, bukan hanya untuk dirinya, juga untuk sang janin. Yang harus diperhatikan adalah protein dan asam lemak esensial.
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Setelah bayi lahir, kebutuhan zat gizi dilakukan melalui pemberian ASI Eksklusif sejak hari pertamanya sampai usia 6 bulan. Tapi setelah proses menyusui terlampaui, Anda harus memikirkan nutrisi sang anak.
Bagi Anda yang tak dapat menyusui anak karena sesuatu hal, pemilihan nutrisi untuk bayi harus dipertimbangkan dengan matang, demi perkembangan kecerdasannya. Nutrisi yang diyakini dapat meningkatkan kualitas otak anak adalah asam lemak DHA (asam dokosaheksanoat) dan AA (asam arakhidonat). Asam lemak ini merupakan asam lemak esensial, artinya tidak dapat dibentuk oleh tubuh sehingga harus ditambah dari luar.
FAKTOR PENDUKUNG
Setelah otak seorang anak terbentuk, maka ada berbagai factor yang mempengaruhi perkembangannya. Teramat sayang bila anak Anda sudah memiliki sel-sel otak yang berkualitas, namun dibiarkan tanpa didukung perkembangannya.
Factor pendukung antara lain perhatian dan kasih sayang orang tua dan lingkungannya yang berpengaruh bagi aspek emosi. Mulai dari kontak fisik, sentuhan, belaian dan nyanyian.
Factor yang tak kalah pentingnya yaitu kebutuhan mental, misalnya proses pembelajaran, agama dan kepribadian. Factor pendukung inilah yang dapat menjadi stimulasi bagi perkembangan otak anak, juga akan mengaktifkan sel otak anak Anda sehingga perkembangannya akan lebih terpacu.
Stimulasi ini penting sekali, sebab, jaringan saraf otak akan hilang dengan sendirinya apabila jarang atau tidak pernah sama sekali mendapat stimulasi.
Stimulasi pada anak dapat diterima melalui sentuhan, pendengaran, penglihatan, pengecapan yang kesemuanya sudah dapat diproses sejak bayi baru lahir. Pemprosesan informasi atau stimulasi dari luar tergantung dari takaran dan derajat stimulasi yang diterima serta kemampuan si anak memproses stimulasi tersebut.
Interaksi orangtua dengan penuh kasih sayang dapat merangsang imajinasi dan gagasan kreatif anak. Stimulasi dapat dimulai dari dalam kandungan. Contohnya, si ibu yang hamil bisa mendengarkan musik sambil mengelus perutnya.
Contoh lain stimulasi setelah anak lahir adalah dengan bercerita atau mendongeng. Mendongeng selain dapat mengajarkan kata-kata, juga dapat menjadi simbolisasi pendidikan. Misalnya bagaimana berbuat baik dan bagaimana memecahkan suatu masalah.
Kemudian permainan juga merupakan stimulasi yang sangat tepat bagi anak. Usahakan memberi variasi permainan dan sangat baik kalau orangtua melibatkan diri secara langsung dalam permainan. Perlu diingat juga, jangan selalu melarang anak melakukan aktivitas sepanjang tidak berbahaya.
sumber: http://info.balitacerdas.com