Jumat, 30 Oktober 2009

PROFIL



TERUS BERINOVASI
'Pendidikan" (Radar Bogor-Sabtu, 31 Oktober 2009/12 Dzulqaidah 1430H)

DIPERCAYA sebagai Kepala SD Bina Insani, tak membuat Mat Ali Karjam menghentikan inovasi dan kreativitasnya dalam mengajar. Malahan, dengan jabatan penting tersebut, Ali mengaku kian tertantang untuk membawa SD Bina Insani meraih banyak prestasi. Apalagi, Ali sudah terbilang lama mengajar di Bina Insani. Untuk itulah, di bawah kepentingannya tahun ini, SD Bina Insani mulai memfasilitasi siswa-siswa luar biasa untuk dipersiapkan menjadi wakil diajang olimpiade maupun berbagai kejuaran.

"Kami memberikan pelayanan khusus untuk siswa yang nanti masuk program Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI)," jelasnya. Bahkan, kata dia, baru-baru ini SD BI juga terpilih sebagai wakil Kota Bogor untuk lomba UKS (unit kesehatan sekolah,red) ditingkat provinsi. "Mudah-mudahan, kita bisa juara untuk lomba UKS sekolah dasar," pungkasnya. (pia) - Radar Bogor.

MENGENAL & MEMAHAMI ANAK CERDAS ISTIMEWA



Si Anak telah mampu membaca sebelum masuk sekolah, perkembangan bahasanya lebih cepat dan baik, begitu pula perbendaharaan katanya lebih banyak, suka mencari tahu jawaban dari "bagaimana" dan "mengapa" tentang sesuatu hal, mampu bekerja mandiri sejak kecil dan melakukan pemusatan perhatian dalam jangka panjang.
Banyak dari kita pernah melihat anak-anak ini : sangat berprestasi dalam satu bidang, tapi juga sangat ketinggalan pada bidang lainnya. Ada pula yang tampak mempunyai kekurangan secara fisik tepi memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat yang luar biasa. Ada juga yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan dalam berkomunikasi tetapi memiliki kekuatan analisa yang sangat baik.
Mereka tergolong anak-anak berkebutuhan khusus. Sehingga penanganan bagi anak-anak gifted, termasuk pendidikannya perlu dilakukan secara khusus. Tanpa layanan pendidikan khusus mereka tidak akan dapat mengaktualisasikan keunggulan potensinya untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Tanpa layanan pendidikan khusus suatu bangsa akan kehilangan aset yang tak ternilai harganya. (Prof. Mulyono Abdurrahman-UNJ)

Ciri-ciri anak giftes
Menurut Dr. Endang Widyorini pakar gifted and talented children -Univ. Soegyapranata
Ciri-ciri anak gifted yaitu : anak telah mampu membaca sebelum masuk sekolah, perkembangan bahasanya lebih cepat dan baik, perbendaharaan katanya lebih banyak, suka mencari tahu jawaban dari "bagaimana" dan "mengapa" tentang sesuatu hal, mampu bekerja mandiri sejak kecil dan melakukan pemusatan perhatian dalam jangka panjang, mempunyai minat yang luas, bervariasi dan mendalam,mempunyai energi yang tinggiberhubungan dan berespon baik terhadap orangtua, guru, dan orang dewasa. Suka berteman dengan anak yang berusia di atasnya, suka mempelajari sesuatu yang baru dan mengerjakan tugas-tugas dengan baik dan efisien. Keberbakatan anak gifted bersifat heterogen, artinya, sama seperti anak normal lainnya, bakat setiap anak gifted tentusaja berbeda satu sama lain. Maka upaya pengenalan dan penangannya juga berbeda. Mengalami perkembangan berbeda (uneven development). Mereka cenderung sangat pesat dalam satu aspek tapi pada saat bersamaan ada aspek lain yang terlambat. Anak gifted dipastikan memiliki kesulitan belajar (learning disability).

Pengenalan dini
Setelah mengetahui ciri-cirinya, orang tua selanjutnya harus mengupayakan pengenalan sejak dini. Langkah ini bisadilakukan melalui tes psikologi, mengamati perkembangan anak sejak dinidengan membandingkannya dengananak lain yang seusia dengannya. serta mengamati minat dan kebiasannya.

Pendidikan anak gifted
Anak-anak gifted harus mendapat layanan pendidikan khusus. Pemerintah sendiri telah menjawabnya dengan merintis kelas akselerasi sejak 1998. Dalam perkembangannya kemudian, kelas akselerasidirasakan belum mampu memenuhi layananpendidikan yang dibutuhkan anak-anak cerdas istimewa ini untuk bisa mengoptimalkan potensi diri mereka secara keseluruhan.
Kelas akselerasi tak ubahnya sebuah program eksklusif yang hanya menekankan pada kemampuan kognitif. Kemudian timbul kekhawatiran bahwa anak-anak istimewa ini tidak mampu untuk mengembangkan kemampuan emosional dan kreativitas yang dibutuhkan untuk bisa berkarya danhidup dalam masyarakat. Beberapa pakar pendidikan sepakat bahwa kelas akselerasi yang ada sekarang ini tak lebih dari upaya pemadatan waktu agar anakcerdas istimewa bisa menyelesaikan pendidikan lebih cepat.
Pemerintahpun akhirnya memutuskan untuk mengubah total pelaksanaan kelas akselerasi bagi anak berbakat istimewa mulai tahun lalu 2006 karena dianggap tidakjelas arahnya. Selama ini kelas akselerasi telah dibuka di 130 sekolah reguler dari tingkat TK hingga SMA se Indonesia. Secara keseluruhan jumlah murid yang mengikuti kelas akselerasi mencapai 3000 orang.

Menurut Direktorat Pembinaan SLB pada Dirt PSLB Ditjen Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Depdiknas Ekodjatmiko Sukarso, pedoman pelaksanaan kelas akselerasi akan diubah. Kelas akselerasi bukan sekadar program percepatan tahun bersekolah, melainkan merupakan pengayaan dan pendalaman bagi anak, khususnya untuk Matematika dan IPA. Sekolah yang membuka kelas akselerasi harus menyelenggarakan pembelajaran di kelas berbeda untuk mata pelajaran MIPA. Mata pelajaran lainnya diselenggarakan di kelas reguler. Pembelajaran MIPA juga harus menggunakan pengantar Bahasa Inggris dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Kesimpulan

Pelayanan pendidikan yang mengarah pada inklusivitas rupanya menjadi pilihan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. melalui sekolah inklusif maka anak gifted selain dapat ditumbuhkan semangat sosialnya, juga dapat diarahkan untuk mampu melakukan interaksi sosial dengan lingkungan disekitarnya. tetapi adalah juga tidak bijak bila keinginan untuk mengoptimalkan potensi kecerdasan dan juga keberbakatan seorang anak gifted tidak dibarengi dengan interaksi sosial dengan anggota masyarakat. Karena itu, inklusivitas menjadi solusi paling ampuh untuk meminimalkan munculnya masalah-masalah sosial pada anak gifted.
Menurut Mulyono, inklusif tidaklah sekedar menyatukan anak gifted dengan anak normal lainnya dalam sebuah kelas reguler. Tapi tetap mengedepankan aspek-aspek khusus yang harus diberikan kepada anak gifted, sebab walau bagaimanapun mereka tidaklah normal. "Men
gintegrasikan anak dengan kebutuhan khusus bersama anak lain pada umumnya dalam suasana kompetitif yang tidak sehat adalah ibarat memasukkan anak domba ke kandang singa'"